Ende Data Nuca Lale.

Ditulis oleh: Melky Pantur***),
Minggu, (17/6/2018).


Penulis, maaf, tidak mengetahui nama dari keempat énde-énde yang ada dalam gambar di atas.

Arti.


Ende dalam bahasa Manggarai artinya ibu (mother - English), mom, mama. Ende itu pun sifatnya sangat umum sekali. Semua perempuan yang melahirkan putera dan puteri disebut ende.


Sebutan Ende.

Ada beberapa panggilan énde orang Nuca Lale (Manggarai), yakni: Ende dading nde dé ru - ibu kandung sendiri), énde tu'a (ende tu'a bisa kakak dari ibu kandung, bisa juga mama/ibu dan ibu kandung seseorang), énde koe (mama kecil bisa adik dari ibu kandung atau isteri kedua, ketiga dan seterusnya dari ayah kandung), énde data (seorang ibu yang merawat seseorang dari kecil yang nota bene dianggap sebagai ibu kandung), énde dé hae diding (ibunda dari keluarga), énde dé ase ka'e (ibu dari sanak saudara, keluarga lainnya).


Filosofi.

Ende sebagai penglahir, oleh orang Manggarai dijuluki sebagai ine rinding wie - ibu sebagai penjaga di saat malam. Ende juga sebagai sumber energi, motivator, dan penenang kasih sayang. Dekapan seorang énde melahirkan cita rasa tinggi dari anak-anak yang dilahirkannya untuk meraih cita-cita setinggi langit.  

Analogi.

Ende dilambangkan sebagai: bumi (sebagai bumi, énde dijuluki sebagai tanan wa), laca (loce - hal itu tampak dalam istilah neka lage loce atau jangan berselingkuh karena isteri juga disebut sebagai énde), sangku (orang kerap menyebutnya sebagai sangkulerong, yah isteri dari ayah. Sangku itu sebuah tempat yang terbuat dari bambu atau tembaga untuk menyimpan kapur sirih), towe wengko (énde disebut sebagai kain selimut yang kerap disebut mut yone kumbu). 

Nasar.

Seorang ibu memiliki nasar yang tinggi. Nasar itu terikat pada buah hatinya karena ia telah melahirkan anak-anaknya. Nasar yang perlu dihindari adalah kekang cucu - memegang susu sembari mengeluarkan perkataan kutukan. Hal itu perlu diperhatikan agar jangan sampai seorang ibu mengeluarkan nasar atau disebut keng dé énde, nunda.

Relasinya dengan Ema.


Ema artinya Ayah, Bapa (padre, romo, father). Dalam kehidupan sosial orang Manggarai, ema disebut sebagai ame rinding mane, awang'en eta. 

Sebutan éma hampir sama dengan sebutan énde, sedangkan éma dilambangkan sebagai parang (kope), langit (awang), pelindung (yata riang). Ema juga disebut sebagai yata karong lengkang salang - penunjuk jalan bagi generasinya. Bimbingannya yang keras membuat anak-anaknya betul-betul seperti emas murni yang ditempa dalam api. 

Ende Ema.

Dalam konteks kehidupan orang Manggarai, yénde yéma adalah pelindung kehidupan, representasi pemberi kehidupan, perwakilan dan gambaran Ilahi. Ilahi adalah ibu dan ayah itu sendiri. Meski demikian, untuk tetap menyatukan keduanya perlu digelarnya ritual rekonsiliasi (pendamaian) yang disebut sebagai hambor ase ka'e wéki dé wina rona.

Ketika mereka menari dan memadu kasih asmara, maka terjadilah kehidupan baru. Kegembiraan pun berkeriapan seakan-akan melompat-lompat kegirangan. Susu dan madu akan tersedia, seperti alam penghidangnya sendiri. Dunia akan dipenuhi sukacita dan kedamaian.

Konteks Pemimpin Masa Kini.

Berbeda dengan Raja (King), pemimpin masa kini ibarat Ende yagu Ema - suami dan isteri. Presiden dan Wakil, Gubernur dan Wakil, Bupati dan Wakil, Ketua dan Sekretaris. Kesemuanya adalah orang tua - suami isteri. Mereka tampak: Toe woleng holes, wejong salang leos landing bantang camas ka'eng natas, ro'ang cé wongkas, moeng cé loces, yulu cé kumbus, wa'i cé radis, gégas cé lecas, rema cé bendar, pepak cé penangs, nggao cé yanggos, duat gula cama tua, we'e mane ca ka'eng. 


Comments

Popular posts from this blog

RUMUS BAHASA MANGGARAI!

Mene.